MLH.co.id ( Jakarta) – Pada pertengahan Oktober 2021 lalu BMKG menyampaikan informasi mengenai peringatan dini untuk waspada terhadap datangnya La Nina. Hal tersebut tidak terlepas dari pemantauan data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Kondisi ini menunjukkan adanya nilai anomali melewati ambang batas La Nina.
BMKG menyebutkan fenomena La Nina pada tahun ini diprediksi relatif sama dengan tahun 2020.
Curah hujan saat itu mengalami peningkatan pada November-Desember-Januari, di antaranya terjadi di Wilayah Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara Timur, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan.
Prediksi peningkatan curah hujan bulanan berkisar 20 – 70 persen di atas normal. Hasil analisis tersebut mendorong pemerintah daerah dan masyarakat di Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi bahaya hidrometeorologi yang dapat berujung bencana, seperti banjir, banjir bandang, angin kencang maupun tanah longsor.
Pengamatan data dari jejaring stasiun pengamatan hujan BMKG di seluruh wilayah Indonesia hingga dasarian I atau sepuluh hari pertama di Oktober 2021 menunjukkan hasil monitoring perkembangan musim hujan tahun 2021/2022 bahwa 19,3% wilayah zona musim di Indonesia telah memasuki musim hujan.
Beberapa zona musim Indonesia yang telah mengalami musim hujan mencakup wilayah Aceh bagian tengah, Sumatra Utara, sebagian besar Riau, Sumatra Barat, Jambi, sebagian besar Sumatra Selatan, Lampung bagian barat, Banten bagian timur, Jawa Barat bagian selatan, Jawa Tengah bagian barat, sebagian kecil Jawa Timur bagian selatan, sebagian Bali, Kalimantan Utara, sebagian besar Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan bagian selatan dan timur, Kalimantan tengah bagian timur, Pulau Taliabu dan Pulau Seram bagian selatan.
Sebagian wilayah Indonesia memasuki periode musim hujan pada Oktober 2021, seperti wilayah Aceh bagian timur, Riau bagian tenggara, Jambi bagian barat, Sumatra Selatan bagian tenggara, Bangka BelitungBanten bagian barat, Jawa Barat bagian tengah, Jawa Tengah bagian barat dan tengah, sebagian DI Yogyakarta dan sebagian kecil Jawa Timur, Kalimantan Tengah bagian timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, sedangkan wilayah lain akan memasuki di November hingga Desember 2021 secara bertahap dalam waktu yang tidak bersamaan.
Adanya fenomena La Nina ini juga diperburuk dengan adanya fenomena cuaca lainnya. Menjelang akhir
Oktober 2021, tercatat dua bibit siklon tropis tumbuh dan berdampak di kawasan Indonesia. Bibit siklon tropis tersebut yaitu 98W yang tumbuh di Samudra Pasifik sebelah timur Filipina dan 99W di laut Cina
Selatan. Kedua bibit ini bergerak ke arah utara-barat laut menjauhi wilayah Indonesia namun berdampak pada cuaca dalam 24 jam ke depan, seperti gelombang laut dan cuaca hujan sedang hingga lebat.
Sementara itu, cuaca beberapa wilayah Indonesia juga dipengaruhi fenomena oleh gelombang Rossby dan gelombang Kelvin yang terpantau aktif di beberapa wilayah Indonesia dan adanya pertemuan serta perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang dapat meningkatkan konvektifitas di atmosfer dan potensi pertumbuhan awan hujan. Kondisi tersebut secara umum dapat berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, bahkan disertai kilat atau petir serta angin kencang pada periode 25 hingga 30 Oktober 2021.
Fenomena cuaca lainnya masih terpantau oleh BMKG dan berdampak pada kondisi cuaca di Indonesia, seperti siklon tropis Malou, Paddy dan Nyatoh.
Tercatat pada Oktober 2021, sebanyak 228 kejadian dimana bencana hidrometeorologi mendominasi sebesar 98,7% dan sisanya sebanyak 1,3% merupakan bencana geologi. Dari 98,7% bencana hidrometeorologi yang terjadi sebanyak 82% merupakan kejadian hidrometeorologi basah seperti banjir, cuaca ekstrem (angin kencang), serta tanah longsor, dan sisanya merupakan kejadian hidrometeorologi kering seperti
kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan. Demikian juga pada November 2021, bencana hidrometeorologi masih mendominasi total jumlah bencana pada bulan tersebut.( sumber BMKG)