logo

Miris Penambangan Liar Merusak DAS Cimandiri di Sukabumi Dibiarkan

tmp-cam-1330512760570609507

September 18, 2022

MLH.co.id ( Sukabumi)- Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimandiri di Sukagalih, Sukabumi, Jawa Barat kritis akibat ulah penambang yang mengeruk keuntungan tanpa memikirkan dampak lingkungan. Sungai Cimandiri pun kian kritis.

Penambangan pasir di Sungai Cimandiri menjadi pemandangan lumrah bagi penduduk Kampung Cihurang di Desa Cidadap, Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi penambangan membentang dari Citarik hingga Cidadap. Bahkan tambang pasir ilegal mulai merambah daerah hulu, seperti Desa Caringin, Desa Sukarame, dan Desa Sukamahi, Kecamatan Gegerbitung.

Sumber MLH.co.id menyebutkan pasir di hilir Cimandiri merupakan sedimentasi aliran sungai di hulu. Sedimentasi itu diperparah oleh berbagai aktivitas penambangan serupa yang berlangsung sejak 1995.

“Selain penambangan pasir, penambangan emas dengan metode tambang dulang—menyemprot air ke tanah dan pengayakan untuk pemisahan tanah dengan pasir emas—ikut menyumbang kekritisan Sungai Cimandiri, airnya menjadi keruh dan pendangkalan sungai,” Ujar Koes Hadi Wijaya, penggiat lingkungan hidup.

Akibat penambangan pasir secara ilegal itu tutupan hutan di DAS Cimandiri menjadi rusak.

“Menurut data Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASLH) Citarum-Ciliwung, lahan tutupan hutan DAS Cimandiri tinggal sekitar 12 persen dari luas total DAS yang mencapai 181.450,62 hektare,” Tukasnya.

Dikatkannya, luas ini tentu saja menyalahi daya dukung dan daya tampung lingkungan. Sebelum diubah Undang-Undang Cipta Kerja, UU Kehutanan mensyaratkan tutupan hutan sebuah DAS minimal 30 persen. Jika kurang dari itu, sebuah DAS bisa dikategorikan kritis yang berdampak pada lingkungan sekitarnya.

Nasib DAS Cimandiri yang kian kritis seakan luput dari pengawasan pemerintah. Padahal seharusnya pemulihan DAS Cimandiri jadi prioritas pemerintah. Perlu diingatkan bahwa sungai adalah penopang sebuah ekosistem, termasuk manusia di dalamnya. Apa yang akan terjadi jika sebuah DAS merana. (Red)

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp